Entri Populer

Jumat, 27 Mei 2011


Dalam Qur'an cinta memiliki 8 pengertian berikut ini penjelasannya:

1. Cinta Mawaddah
  • Cinta mawaddah adalah jenis cinta mengebu-gebu, membara dan "nggemesi". Orang yang memiliki cinta jenis mawaddah, maunya selalu berdua, enggan berpisah dan selalu ingin memuaskan dahaga cintanya. Ia ingin memonopoli cintanya, dan hampir tak bisa berfikir lain.

2. Cinta rahmah
Cinta rahmah adalah jenis cinta yang penuh kasih sayang, lembut, siap berkorban, dan siap melindungi. Orang yang memiliki cinta jenis rahmah ini lebih memperhatikan orang yang dicintainya dibanding terhadap diri sendiri. Baginya yang penting adalah kebahagiaan sang kekasih meski untuk itu ia harus menderita. Ia sangat memaklumi kekurangan kekasihnya dan selalu memaafkan kesalahan kekasihnya.Termasuk dalam cinta rahmah adalah cinta antar orang yang bertalian darah, terutama cinta orang tua terhadap anaknya, dan sebaliknya. Dari itu maka dalam al Qur'an , kerabat disebut al arham, dzawi al arham , yakni orang-orang yang memiliki hubungan kasih sayang secara fitri, yang berasal dari garba kasih sayang ibu, disebut rahim (dari kata rahmah). Sejak janin seorang anak sudah diliputi oleh suasana psikologis kasih sayang dalam satu ruang yang disebut rahim. Selanjutnya diantara orang-orang yang memiliki hubungan darahdianjurkan untuk selalu bersilaturrahim, atau silaturrahmi artinya menyambung tali kasih sayang. Suami isteri yang diikat oleh cinta mawaddah dan rahmah sekaligus biasanya saling setia lahir batin-dunia akhirat.
3. Cinta mail
Cinta mail, adalah jenis cinta yang untuk sementara sangat membara, sehingga menyedot seluruh perhatian hingga hal-hal lain cenderung dalam konteks orang poligami dimana ketika sedang jatuh cinta kep kurang diperhatikan.
4. Cinta syaghaf
Cinta syaghaf. Adalah cinta yang sangat mendalam, alami, yang muda (an tamilu kulla al mail), cenderung mengabaikan kepada yan grisinil dan memabukkan. Orang yang terserang cinta jenis syaghaf (qad tak menyadari apa yang dilakukan. Al Qur'an menggunakan term syaghafk syaghafaha hubba) bisa seperti orang gila, lupa diri dan hampir-hampir etika mengkisahkan bagaimana cintanya Zulaikha.
5. Cinta ra'fah
Cinta ra'fah, yaitu rasa kasih yang dalam hingga mengalahkan norma-norma kebenaran, misalnya kasihan kepadanya, membangunkannya untuk salat, membelanya meskipun salah. Al Qur'an menyebut term ini ketika mengingatkan agar janganlah cinta ra`fah menyebabkan orang tidak menegakkan hukum Allah, dalam hal ini kasus hukuman bagi pezina (Q/24:2). gambaran cinta yang apinya berada di dalam hati sang pecinta, hurqat

6. Cinta shobwah
Cinta shobwah, yaitu cinta buta, cinta yang mendorong perilaku penyimpang tanpa sanggup mengelak. Al Qur'an menyebut term ni ketika mengkisahkan bagaimana Nabi Yusuf berdoa agar dipisahkan dengan Zulaikha yang setiap hari menggodanya (mohon dimasukkan penjara saja), sebab jika tidak, lama kelamaan Yusuf tergelincir juga dalam perbuatan bodoh, wa illa tashrif `anni kaidahunna ashbu ilaihinna wa akun min al jahilin (Q/12:33)
7. Cinta syauq (rindu)
Cinta syauq (rindu). Term ini bukan dari al Qur'an tetapi dari hadis yang menafsirkan al Qur'an. Dalam surat al `Ankabut ayat 5 dikatakan bahwa barangsiapa rindu berjumpa Allah pasti waktunya akan tiba.  Kalimat kerinduan ini kemudian diungkapkan dalam doa ma'tsur dari hadis riwayat Ahmad; wa as'aluka ladzzata an nadzori  ila wajhikawa as syauqa ila liqa'ika, aku mohon dapat merasakan nikmatnya memandang wajah Mu dan nikmatnya kerinduan untuk berjumpa dengan Mu. Menurut Ibn al Qayyim al Jauzi dalam kitab Raudlat al Muhibbin wa Nuzhat al Musytaqin, Syauq (rindu) adalah pengembaraan hati kepada sang kekasih (safar al qalb ila al mahbub),dan ko al mahabbah wa iltihab naruha fi qalb al muhibbi

8. Cinta kulfah.
Cinta kulfah. yakni perasaan cinta yang disertai kesadaran mendidik kepada hal-hal yang positip, seperti orang tua yang menyuruh anaknya menyapu, membersihkan kamar sendiri, meski ada pembantu. Jenis cinta ini disebut al Qur'an ketika menyatakan bahwa Allah tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuannya, la yukallifullah nafsan illa wus`aha (Q/2:286)

kanker serviks


KANKER SERVIKS

Laporan International Union Against Cancer (IUCC) pada kongres kanker internasional ke-18 tahun 2002 di Oslo, Norwegia menunjukkan bahwa 6 juta orang meninggal akibat kanker tiap tahunnya dan 10 juta kasus kanker baru, muncul. 466.000 kasus diantaranya adalah kanker servik uteri dan menyebabkan 231.000 kematian tiap tahunnya. Sebagian besar kasus kanker servik uteri terjadi di negara berkembang. Frekuensi kejadian kanker servik uteri tertinggi adalah pada wanita usia antara 50 sampai 55 tahun, dengan umur rata-rata 53,2 tahun.
Frekuensi relatif kanker servik uteri di Indonesia tahun 1980 sebesar 20 %, di antara lima jenis kanker terbanyak pada wanita, kanker servik uteri menduduki peringkat pertama. Umur penderita antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Periode laten dari fase pra invasif menjadi invasif memakan waktu 10 tahun, hanya 9 % wanita kurang dari 35 tahun, menunjukkan kanker cervik yang invasif pada saat didiagnosis, sedangkan 53 % dari KIS ( Karsinoma In Situ) di bawah usia 35 tahun.
Keputihan merupakan gejala yang sering dikeluhkan. Fluor yang keluar dari vagina ini, makin lama akan berbau busuk karena infeksi dari nekrosis jaringan, sehingga pertumbuhan kanker menjadi ulseratif. Kontak Bleeding terjadi pada 75-80% kasus kanker servik uteri. Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah, makin lama makin sering terjadi, bahkan terjadi perdarahan spontan. Perdarahan spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut, terutama pada kanker yang bersifat eksofitik dan dapat menyebabkan anemia. Rasa nyeri terjadi akibat infiltrasi sel kanker ke serabut saraf. Infiltrasi kanker ke ureter menyebabkan obstruksi total, sehingga terjadi gangguan kencing.
Menegakkan diagnosis kanker servik uetri yag klinin sudah agak lanjut tidaklah sulit. Yang menjadi masalah adalah diagnosis pada tingkat awal, misalnya pada tingkat pra invasif. Satadium kanker servik dapat ditentukan dengan kriteria tingkat keganasan klinik menurut FIGO (1978).
Kanker servik timbul di daerah squamo-columner junction. Di daerah tersebut terjadi proses metaplasia skumosa. Metaplasia skuamosa sel endoservik yang dapat dipandang sebagai proses fisiologis, dapat berubah ke dalam prose maturitas yang terganggu ( diplasia ). Gangguan maturitas ini, tampak ada pelebaran dan atipik sel lapisan basal, peningkatan rasio nukleus-sitoplasma, maturitas yang terhambat dan mitosis. Konsep neoplasia intraepitelial servik ( CIN) digunakan untuk menunjukkan perkembangan neoplasia servik. CIN I sesuai dengan displasia ringan, CIN II dengan displasia sedang dan CIN III sesuai dengan displasia berat maupun karsinoma in situ.
Diagnosis kanker servik uteri dapat ditegakkan dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan yang sering dijumpai penderita kanker servik adalah perdarahan abnormal, contact bleeding, fluor abnormal, gangguan kencing (disuria), gangguan defekasi dan nyeri perut di bagian bawah atau menyebar. Pemeriksaan khusus vagina menggunakan speculum, untuk mengetahui morfologi servik dan mengambil sediaan untuk pemeriksaan jaringan dan sitologis. Pemeriksaan ginekologi vaginal toucher juga perlu dilakukan untuk menilai konsistensi dan bentuk servik.
Diagnosis pasti kanker servik uteri adalah dengan pemeriksaan histlogik dari jaringan yang diperoleh dari biopsi yang dilakukan secara terarah dengan bantuan kolposkop. Hasil pemeriksaan tersebut harus dikonfirmasi dengan tindak lanjut berupa kuretase endoservik atau konisasi servik 
Pemeriksaan X-Foto Thorak diperlukan untuk mengetahui adanya metastasis ke paru. Pemeriksaan IVP dan CT-Scan panggul dilakukan jika ada indikasi. Gambaran Radiologis metastasis ke paru, meliputi gambaran coin lesion, efusi pleura, golf ball, nodul, milier, dan pembesaran kelenjar.
Terapi kanker servik dilakukan bilamana diagnosis telah dipastikan secara histologik, dan dilakukan perencanaan yang matang oleh tim yang sanggup melaksanaakan rehabilitasi dan pengamatan lanjutan. Pada tingkat klinis, karsinoma in situ tidak dibenarkan melakukan elektrokauterisasi atau elektrofulgerasi, bedah cryo dan menggunakan sinar laser, kecuali dilakukan oleh seorang ahli kolposkopi dan penderitanya masih muda dan belum memiliki anak
Pada stadium Ib, Ib occult dan Iia, dilakukan histerektomi radikal dengan limfadenektomi panggul. Paska bedah biasanya dilakukan penyinaran tergantung ada tidaknya sel tumor dalam kelenjar limfe regional yang diangkat. Tindakan operatif radikal meliputi ekstirpasi uterus, parametrium dan jaringsn para servikal sampai dinding pelvis, menghilangkan vagina manchet yang cukup luas dan limfadenektomi pelvis bilateral; sepanjang arteri iliaka komunis, vasa iliaka eksterna, arteri hipogastrika dan fossa obturatoria. Indikasi radioterapi post operative adalah pertumbuhan tumor ke dalam parametrium, pinggir-pinggir irisan tidak bebas dan metastasis ke kelenjar limfe.
Radioterapi Primer dilakukan pada kanker servik uteri stadium IIb, III dan IV. Jaringan servik uteri merupakan jarinagn yang radioresponsif sehingga dosis yang diberikan adalah 5000 cgy dengan dosis fraksinasi sebesar 200 cgy dilakukan dalam 25 kali penyinaran dan 5 kali dalam seminggu. Teknik radiasi secara radiasi eksterna menggunakan pesawat gammatron dengan Cobalt-60 atau menggunakan Linac (Linier Accelerator) yang teknik penyinarannya lebih canggih.
Setelah 1 seri radiasi dapat pada stadium I da II dapat dilanjutkanb dengan afterloadinmg menggunakan metode dari Fletchener yaitu menggunakan bola-bola Cesium-137 dengan cara brakiterapi, menggunakan dosis 850 cgy, diberikan 2 kali, jarak pemberian pertama dengan kedua adalah 1 minggu.3Penenuan laanmgan radiasi dapat menggunakan simulator ataupaun secara manual denagn menentukan batas atas setinggi Lumbal IV, batas bawah tepi bawah simfisis pubis dan ramus inferior os pubis dan batas lateral jarak terlebar dari cavum pelvis. Pada stadium klinik IVa dan IVb terapi radiasi bersifat paliatif dan pemberian kemoterapi dapat dipertimbangkan dengan kombinasi beberapa jenis sitostatika (polichemotheraphy).



DAFTAR PUSTAKA

1.    WHO. New cancer report offers hope for patients and communities (press release). Accessed at www.who.int/cancer.
3.    Mardjikoen, Prastowo.Tumor ganas alat genital. Dalam : Hanifa W (editor). Ilmu kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 1999 : 367-403.
4.    Grainger, RG. Allison DJ : Diagnostic radiology. An Anglo-American textbook of imaging. Vol II. Churchill Livingstone. Edinburg. 1986 : 961-63.
5.    Sutton, David (editor). A textbook of radiology and imaging volume B 4th edition. Livingstone. 1987. 863-90.
7.    Tan, Eng M. Autoantibodies as reporters identifying aberrant cellular mechanisms in tumorigenesis. J Clin Invest, November 2001, volume 108, number 10, 1411-1415.
8.    Comoglio, P.M., Livio Trusolino, Invasive growth : from development to metastasis. J Clin Invest, April 2002, volume 109, number 7, 857-62.